Pernah
merasa melankolik? Mudah bersedih, discouraged,
nelangsa, juga emosional? Cepat marah
sama anak-anak, sensitif, kecil hati, dan lain-lain? Pusing, perut terasa tidak
enak? Itu terjadi menjelang masa haid? Mungkin itu adalah gejala-gejala
Premenstrual Syndrome (PMS).
Apa sih PMS itu?
Sindroma
premenstruasi merupakan kumpulan gejala fisik, psikologis dan emosi yang terkait
dengan siklus menstruasi wanita; gejala biasanya timbul 6-10 hari sebelum menstruasi
dan menghilang ketika menstruasi dimulai.
Penyebab
sindroma premenstruasi berhubungan dengan beberapa faktor diantaranya :
a.
Faktor hormonal
Ketidakseimbangan
kadar hormon estrogen dan progesteron dimana estrogen sangat berlebih hingga melampaui
batas normal sedangkan progesteron kadarnya menurun.
b.
Faktor kimiawi
Kadar
serotonin yang berubah-ubah selama siklus menstruasi, dimana aktivitas serotonin
sendiri berhubungan dengan gejala depresi, kecemasan, kelelahan, agresif dan
lain sebagainya. Kadar serotonin yang rendah ditemukan pada wanita dengan sindroma
premenstruasi
c.
Faktor genetik
Insiden
sindroma premenstruasi 2x lebih tinggi pada kelahiran kembar satu telur
(monozigotik) dibandingkan kelahiran kembar dua telur (dizigotik).
d.
Faktor psikologis
Stress
sangat besar pengaruhnya terhadap sindroma premenstruasi. Gejala-gejala sindroma
premenstruasi akan makin nyata dialami oleh wanita yang terus menerus mengalami
tekanan psikologi.
e.
Faktor Aktivitas Fisik
Kebiasaan
olahraga yang kurang dapat memperberat sindroma premenstruasi. Aktivitas fisik
telah direkomendasikan untuk mengurangi keparahan sindroma premenstruasi. Namun
masih sedikit bukti yang mendukung jelas hubungan aktivitas fisik dengan
sindroma premenstruasi.
f.
Kalsium
Penelitian
menunjukkan bahwa kalsium berpengaruh terhadap gangguan mood dan perilaku yang
berlangsung selama sindroma premenstruasi. Gejala-gejala seperti gelisah, hidrasi
dan depresi mulai sembuh pada seseorang dengan sindroma premenstruasi yang mengkonsumsi
kalsium dengan tanpa efek samping.
g.
Vitamin B
Vitamin
B6 dapat membantu meringankan depresi dan gelisah yang terkait dengan PMS. Hasil
penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara pemberian vitamin B kompleks
dengan sindroma premenstruasi, ditandai dengan berkurang hingga hilangnya keluhan
fisik dan psikologi terkait sindroma premenstruasi.
Apa sih gejala-gejala PMS?
Walaupun
cukup mengganggu, gejala-gejala PMS biasanya tidak cukup berat dan sampai
mengganggu kehidupan normal. Namun demikian, mungkin ada pula yang mengalami
gejala yang cukup berat. Beberapa gejala PMS anatar lain:
1.
Mood:
kecemasan, nervous, perasaan berubah-ubah (mood swing), sensitif,
depresi, pelupa, bingung, insomnia, dan lain-lain.
2.
Perilaku: ingin makan yang manis-manis,
nafsu makan meningkat, mudah menangis, kurang konsentrasi, sensitif terhadap
kebisingan.
3.
Fungsi fisik: sakit kepala, lelah,
pusing/nggliyeng, berat badan meningkat, kembung, payudara membengkak,
sembelit atau diare.
Bagaimana Mengatasi PMS?
1. Pengaturan makan/diet: untuk mengurangi
kembung dan pertahanan air dalam tubuh, hindari makanan bergaram tinggi,
terutama seminggu sebelum haid. Cukup kebutuhan vitamin dan mineral, seperti:
vitamin E, vitamin B, kalsium, magnesium (dapat diperoleh dari makanan misalnya
kacang-kacangan, gandum, sayuran hijau, seafood dan daging).
2.
Latihan aerobik dan relaksasi.
3.
Menggunakan obat
Beberapa obat yang
dapat digunakan antara lain adalah obat anti radang dan penghilang nyeri. Paracetamol
dan Ibuprofen,
merupakan pilihan yang cukup aman untuk mengatasi nyeri haid, sakit kepala,
sakit payudara, dan lain-lain.
Agar
PMS dapat dikurangi bahkan dihilangkan, disarankan kepada para wanita untuk memperbaiki
gaya hidup (life style) dengan meningkatkan aktivitas fisik, menjaga pola makan
yang sehat, memenuhi kebutuhan harian untuk micro nutrient terutama kalsium,
magnesium dan vitaminB, serta menghindari stress.
DAFTAR
PUSTAKA
Christiany, I. (2006). Hubungan status gizi, asupan zat gizi mikro
dengan sindroma premenstruasi pad remaja putri di SMU Sejahtera Surabaya.
Yogyakarta: UGM.
Ikawati, Z. (2010). Resep Hidup Sehat. Yogyakarta: Kanisius
Yogyakarta.
Mulyani, S. (2008). Aktivitas fisik intensitas tinggi sebagai faktor
resiko terhadap gangguan siklus menstruasi. Surakarta: Naskah Publikasi.